SEJARAH TERBENTUKNYA DESA BENGKAL


Sejarah Desa Bengkal

 

Sejarah berdirinya Desa Bengkal diawali dengan terbentuknya pedukuhan-pedukuhan (atau yang disebut dusun pada saat ini). Di salah satu pedukuhan ada seorang Kyai yang bernama Simbah Suro yang merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dan menjadi tokoh sentral yang selanjutnya membentuk dan mempengaruhi kehidupan masyarakat, termasuk kebiasaan, budaya, adat istiadat, karakter masyarakat, cara pandang dan kepribadian warga di pedukuhan tersebut.

Pada suatu saat Beliau ingin Membangun tempat ibadah atau Masjid karena mayoritas masyarakat beragama Islam dan di pedukuhan itu belum ada tempat untuk beribadah atau tepat untuk musyawarah, kebetulan di tengah pedukuhan tersebut terdapat lahan sangat luas yang terdapat pohon yang sangat besar yaitu pohon tanjung. Pohon tersebut miring ke arah utara, Simbah Kyai Suro menyuruh menantu dan masyarakat sekitarnya untuk memotong pohon tanjung tadi sebagai bahan bangunan untuk mendirikan tempat ibadah. Setelah mengadakan ruwatan untuk syukuran dan memohon keselamatan dalam pelaksanaan penebangan pohon tanjung dan pembangunan Masjid, Sebagai tokoh masyarakat Simbah Kyai Suro mengawasi dan memimpin pelaksanaan. Beliau duduk di sebelah selatan pohon tersebut, karena pohon akan dirobohkan ke arah utara. Menantu Simbah Kyai suro dan masyarakat sekitarnya, menebang pohon dari arah utara namun tidak sesuai dengan rencana pohon tanjung tiba-tiba roboh menimpa Simbah Kyai Suro yang sedang duduk di sebelah selatan pohon. Menantu dan masyarakatnya panik karena melihat Simbah Kyai Suro tertimpa pohon, mereka segera dengan cepat sambil meneriakan takbir memotong dan mengangkat kayu yang roboh tadi kemudian mengambilnya untuk menyelamatkan Simbah Kyai Suro. Ternyata di luar dugaan mungkin karena kesaktiannya atau mempunyai ilmu karomah Simbah kyai Suro selamat dan masih dalam posisi duduk bersila menghadap kiblat di dalam lubangan tidak mengalami luka sedikitpun. Setelah itu, dengan petunjuk dari Simbah Kyai Suro sekitar lubangan tempat beliau selamat dari tertinpa pohon tanjung tersebut digali untuk dibuat kolam (sampai saat ini kolam masih terpelihara dengan baik yang lokasinya tepat di depan Masjid). sedangkan tanah galian kolam tadi digunakan untuk membuat pondasi tempat ibadah di sebelah kolam.

Dalam pembangunan Masjid pada waktu itu Simbah Kyai Suro sangat membutuhkan banyak sekali bahan bangunan dank arena disekitar pedukuhan tidak ada pohon yang besar lagi maka mereka mencari informasi sampai di luar pedukuhan. Setelah sekian lama mencari dapatlah apa yang mereka inginkan , bahwa ada pohon yang besar di daerah Kaloran. Waktu itu Desa Kaloran dikuasai oleh  Belanda, di desa tersebut ada pohon kanthil yang sangat besar dan  ada sosok macan putih penunggu pohon itu. Orang-orang Belanda merasa ketakutan, sehingga mereka membuat sayembara “Barang siapa yang berani Menebang pohon kanthil yang ada di desa kaloran, akan di beri kayu nya”. Karena Simbah Kyai Suro sangat membutuhkan kayu untuk bahan bangunan tempat ibadah, Beliau menyanggupi untuk mengikuti sayembara tersebut. Simbah Kyai Suro bersama sebagian pengikutnya berjalan kaki menuju Desa Kaloran, setelah sampai di tujuan ada seseorang yang bercerita kepada Simbah Kyai Suro, bahwa pohon kanthil yang disayembarakan konon ada penunggunya yaitu sosok macan putih yang mengganggu warga sekitar. Tetapi dengan bekal ilmu yang Simbah Kyai Suro miliki Beliau tidak takut dan akan mengusir atau membunuh penunggu pohon kanthil tersebut. Setelah melakukan persiapan dibantu oleh pengikutnya, mulailah proses pengusiran makhluk yang ada di pohon khantil. Dengan hati yang mantap Simbah Kyai Suro maju dan pada saat itulah Simbah Kyai Suro melihat dengan mata kepalanya sendiri sosok macan putih yang berada di atas pohon kanthil yang sangat besar. Macan tersebut menghadap ke arah utara, dengan ilmu kesaktian yang dimiliki Simbah Kyai Suro berhasil melumpuhkan macan penjaga pohon yang terletak di atas tersebut dengan menghadap selatan dan membelakanginya, kemudian memukulnya ke arah belakang. Ternyata pukulan Simbah Kyai Suro tepat sasaran, macan putih akhirnya jatuh dan mati, warga senang mengetahuinya. Sesuai janji sayembara Simbah Kyai Suro diberi kayu pohon kanthil, warga sekitar membantu menebang pohon tersebut. Simbah Kyai Suro memotongnya menjadi tiga bagian sampai pukul tiga dini hari, lalu ditancapkan jarum jahit dan benangnya digabung ke tiga potongan kayu tadi. Simbah Kyai Suro membawa pulang kayu dengan tidak meminta tolong warga atau memikulnya sendiri, akan tetapi Simbah Kyai Suro menggunakan ilmunya hanya dengan do’a dan satu tepukan, kayu-kayu tersebut terbang sampai ke desa tempat Simbah Kyai Suro tinggal. Sesampainya di tempat, ketiga potongan pohon kanthil dijadikan sebagai soko atau tiang di dalam masjid, karena dibutuhkan empat tiang sedangkan baru mempunyai tiga tiang, maka Simbah Kyai Suro menebang satu pohon nangka untuk dijadikan penggenap. Tiang didirikan dengan tidak menggunakan pondasi apa pun, namun didirikan hanya dengan  tumpukan lidi, warga sekitar membantu pembangunan sampai selesai. Sehingga dengan jadinya (dadi) tempat ibadah tersebut, maka dukuh tempat tinggal Simbah Kyai Suro diberi nama dukuh Surodadi.

Setelah itu, Simbah Kyai Suro dimintai tolong untuk membantu membangun Masjid Demak (yang  sekarang disebut Masjid Agung Demak). Jadi, masjid yang didirikan di Surodadi oleh Simbah Kyai Suro dengan Masjid Agung Demak lebih dahulu masjid yang ada di Surodadi. Setelah selesai pembangunan Masjid Agung Demak, Simbah Kyai Suro kembali pulang ke Surodadi.

Pada suatu waktu ada seorang pengembara/pengelana yang singgah dan menginap di dekat Dukuh Surodadi. Karena tahu ada orang asing yang singgah dekat dengan dukuh yang ditempati Simbah Kyai Suro, maka orang tersebut ditemuai ditanya maksud dan tujunanya. Setelah bertemu dan bertanya orang tersebut mengaku sebagai Mbah Nambangan dan bercerita bahwa dia berkelana untuk berdakwah agama. Karena maksud dan tujuannya baik maka Simbah Kyai Suro mempersilahkan Mbah Nambangan untuk tinggal sementara di dukuh tersebut. Mbah Nambangan kemudian berceriat bahwa di dukuh tersebut bertemua dengan seoarang anak yang sangat nakal sekali dan berkata, “ Anak itu sangat nakal sekali, besok kalau sudah ramai-ramainya aman tempat ini akan saya beri nama Dukuh Bengkal. Bengkal berasal dari bahasa jawa yaitu kata “Tambeng” dan “Nakal”. Dan karena Pedukuhan tersebut memang belum mempunyai nama maka Simbah Kyai Suro setuju kalau pedukuhan tersebut diberi nama Dukuh Bengkal.

Di Dukuh Surodadi sendiri ada beberapa ulama lainnya yaitu Simbah Kyai Thollabudin, Simbah Kyai Adam Muhammad, Simbah Kyai Minhad, dan lain-lain. Sebelum Simbah Kyai Suro meninggal, Masjid diwariskan kepada Simbah Kyai Thollabudin sehingga masjid tersebut diberi nama Masjid Thollabudin. Setelah meninggalnya Simbah Kyai Suro, Masjid Thollabudin dipimpin oleh Simbah Kyai Thollabudin dan Simbah Kyai Adam Muhammad. Simbah Kyai Suro di makamkan di pemakaman umum Pethet, Dusun Surodadi. Konon ceritanya, Simbah Kyai Thollabudin lebih tua dari Simbah Kyai Adam Muhammad, akan tetapi Simbah Kyai Adam Muhammad ilmunya lebih tinggi dari dengan Simbah Kyai Thollabudin. Simbah Kyai Thollabudim meninggal dan dimakamkan di Gunung Klayu Desa Bengkal, sedangkan Simbah Kyai Adam Muhammad dimakamkan di Gunung Calangan Dukuh Surodadi, Desa Bengkal. Masjid dan kolam peninggalan Simbah Kyai Suro masih dilestarikan oleh warga sebagai tempat mandi dan tempat ibadah warga sekitar. Kolam sampai sekarang dasarnya masih berupa tanah dan terdapat lubang sumur tempat Simbah Kyai Suro duduk bersila saat tertimpa pohon, tiang masjid masih asli dari pohon kanthil dan pohon nangka peninggalan Simbah Kyai Suro, akan tetapi bagian  depan masjid sudah diperbaiki oleh warga sekitar. Karena menurut narasumber yaitu Simbah Kyai Dimham yang sekarang termasuk keturunan ke-11 dari Simbah Kyai Suro “Barangsiapa yang berani meratakan dasar kolam atau mengganti tiang masjid, maka akan terjadi malapetaka bagi yang merubahnya”. Dengan adanya cerita Simbah Kyai Suro membawa pulang kayu pohon kanthil dengan cara menancapkan jarum dan diikat dengan benang, maka sampai sekarang dijadikan sebagai tradisi setiap para santri TPQ mengadakan Khotaman Al Qur’an, tradisi tersebut selalu dibudayakan dengan menancapkan jarum jahit dan benang di satu lirang pisang raja. Sedangkan makam Simbah Kyai Thollabudin dan Simbah Kyai Adam Muhammad sampai sekarang dijadikan tempat ziarah umum, sehingga Desa Bengkal disebut sebagai desa wisata religi.   

Adapun terbentuknya Desa Bengkal sendiri terjadi waktu Indonesia masih masih dijajah oleh Belanda. Dari Tokoh-tokoh Kyai yang ada yaitu :

  • Kyai Suro, yang menjadi tokoh masyarakat di Surodadi, dengan pengaruhnya meliputi 3 (tiga) dukuh, yaitu: Surodadi, Bengkal dan Delok Cs;
  • Kyai Bolang, adalah tokoh masyarakat di Bolang, meliputi 5 (lima) dukuh/pedukuhan yaitu : Bolang, Jurang, Jetis, Menggoran dan Bedadan;

Mereka bersepakat bersatu hidup rukun dan berhimpun dalam satu Desa yang dinamakan Desa Bengkal, dipilihnya nama Desa Bengkal diambil dari Dukuh Bengkal yang dinilai mereka letaknya lebih strategis dekat dengan jalan besar dan dijadikan sebagai pusat pemerintahan, yang terdiri dari 5 RW dan 22 RT:

  • Dusun Bengkal / RW 01 terdiri dari 5 RT;
  • Dusun Surodadi / RW 02 terdiri dari 4 RT;
  • Dusun Bolang (Bolang dan Bedadan)/RW 03 terdiri dari 4 RT
  • Dusun Jetis Cs (Jetis, Jurang, Menggoran dan Ngentak)/RW 04 terdiri dari 5 RT
  • Dusun Delok Cs (Delok Kidul, Delok Lor, Kedunguling dan Bengkallor)/RW 05 terdiri dari 4 RT

Adapun Kepala Desa / Lurah  yang sudah memimpin Desa Bengkal adalah sebagai berikut :

  • Lurah Bengkal pertama bernama Projo Harjono, periode jabatan dari tahun 1922 s/d 1940,  dengan  Carik bernama Projo Sudiro Brahim;
  • Lurah Bengkal kedua bernama Seham, periode jabatan dari tahun 1940 s/d 1941, dengan Carik bernama Projo Sudiro Brahim;
  • Lurah Bengkal ketiga bernama R.Oemar, periode jabatan dari tahun 1941 s/d 1989, dengan Carik bernama Projo Sudiro Brahim dan penggantinya Samsudin ;
  • Lurah Bengkal keempat bernama Fu’at, periode jabatan dari tahun 1989 s/d 1995, dengan Carik bernama Samsudin dan penggantinya Rovik Budiarto;
  • Pj. Lurah / Kepala Desa Bengkal bernama Rovik Budiarto, periode jabatan dari tahun         1995 s/d 1999;
  • Kepala Desa Bengkal kelima bernama Sanyoto, periode jabatan dari tahun 1999  s/d 2007, dengan Sekretaris Desa bernama Rovik Budiarto;
  • Kepala Desa Bengkal keenam bernama Soffan Hadi Santoso,SE, periode jabatan dari tahun 2007 s/d 2013, dengan Sekretaris Desa bernama  Rovik Budiarto;
  • Kepala Desa Bengkal ketujuh bernama Soffan Hadi Santoso,SE, periode jabatan dari tahun 2013 s/d 2019, dengan Sekretaris Desa bernama  Rovik Budiarto dan penggantinya Rokhman Gunadi;
  • Kepala Desa Bengkal kedelapan bernama Istiyanto, periode jabatan dari tahun 2020 s/d sekarang, dengan Sekretaris Desa bernama  Rokhman Gunadi.

 

Demikian sejarah singkat terbentuknya Desa Bengkal, terima kasih

Wallahu A’lam bish-Shawab

chat